Mediacyberbayangkara.Com
Surabaya, Jatim – Suasana haru menyelimuti acara Wisuda XVIII Stikosa AWS yang berlangsung di Dyandra Convention Hall, Jl. Basuki Rahmat Surabaya, Sabtu pagi (14/12).
Pada sesi pengukuhan, satu per satu para wisudawan dipanggil naik ke panggung utama. Namun, ketika giliran nama Bima Alif Ramadhan dipanggil, yang naik ke panggung adalah ibunda almarhum. Wisudawan dari peminatan Broadcasting angkatan 2017 tersebut telah meninggal dunia pada Maret 2024 akibat sakit.
Almarhum Bima merupakan salah satu dari 61 wisudawan yang dikukuhkan sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) dalam acara Wisuda XVIII ini. Para wisudawan terdiri atas tiga peminatan, yaitu Broadcasting, Jurnalistik, dan Public Relations.
Dari barisan kursi undangan, tampak hadir sejumlah pejabat Provinsi Jawa Timur. Turut hadir pula Ketua Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT) yang menaungi Stikosa AWS, Imawan Mashuri, S.H., M.H., beserta jajaran pengurus, anggota Dewan Pers Sapto Anggoro, dan Direktur Utama Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Surabaya, Fajar Arifianto Isnugroho. Ketiganya adalah alumni Stikosa AWS yang telah berkiprah lama di dunia jurnalistik.
Dalam sambutannya, Ketua Stikosa AWS, Dr. Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom, berpesan bahwa sebagai institusi yang berkomitmen mencetak lulusan dengan kompetensi unggul, adaptif, dan inovatif, Stikosa AWS telah mendidik lulusannya menjadi komunikator yang andal, sekaligus individu berintegritas yang memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat.
Lebih lanjut, Jokhanan menyampaikan bahwa di era kecerdasan buatan (AI) dan disrupsi teknologi seperti sekarang, dunia industri memerlukan individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga mampu beradaptasi dengan cepat, kreatif dalam mencari solusi, serta tetap berpegang teguh pada nilai-nilai etika.
Sejalan dengan tema Wisuda XVIII tahun 2024, yakni “AI dan Revolusi Komunikasi dalam Menghadapi Tantangan di Era Digital”, Dr. Makroen Sanjaya, M.Sos, memberikan orasi ilmiah yang sangat inspiratif terkait perkembangan AI. Makroen Sanjaya, alumni Stikosa AWS angkatan 1985, memulai karier sebagai wartawan di majalah Fakta pada 1986, kemudian melanjutkan ke harian Surya di Surabaya. Sepuluh tahun kemudian, ia berkarier di dunia televisi sebagai reporter di SCTV, Metro TV, dan Rajawali TV, sambil menempuh pendidikan pascasarjana. Kini, ia menjabat sebagai dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta sekaligus Direktur Utama TV Muhammadiyah Jakarta.
Dalam orasinya, Makroen menjelaskan perkembangan AI yang ia sebut sebagai fenomena “manusia robot.” Sejak diperkenalkannya mesin ATM pertama pada tahun 1967 oleh Bank of Barclay di Inggris, hingga terciptanya robot AI berbentuk manusia bernama Sophia pada 2017. Robot Sophia, yang diproduksi oleh Hanson Robotics di Hongkong, bahkan telah resmi menjadi warga negara Arab Saudi lengkap dengan KTP-nya.
Makroen menggambarkan AI sebagai dua sisi mata uang. Di sisi positif, AI sangat membantu pekerjaan menjadi lebih cepat dan efisien. Layaknya malaikat, AI dapat menjawab berbagai pertanyaan hanya dalam waktu 2–3 detik dan mendukung kebutuhan manusia di berbagai bidang sesuai perintah pengguna.
![](https://mediacyberbhayangkara.com/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241215-WA0010-1024x675.jpg)
Namun, di sisi negatifnya, AI dapat berperan seperti dajjal, menciptakan kebohongan dan manipulasi yang seolah nyata. Ia mencontohkan konten AI yang menampilkan Presiden RI Prabowo Subianto dan Raffi Ahmad berjualan handuk, serta mantan Presiden Jokowi berjualan obat kuat. Konten seperti ini sulit dihapus karena tidak diketahui siapa pembuatnya dan dari mana asal produksinya.
“Namun, sehebat-hebatnya dan secerdas-cerdasnya AI dalam menghasilkan teks, tetap diperlukan genuine intelligence atau kecerdasan manusia. Produk AI tidak boleh diterima mentah-mentah, tetapi harus dianalisis ulang. Di masa depan, mereka yang tidak cakap menggunakan AI akan digantikan oleh mereka yang ahli memanfaatkannya,” tuturnya. Oleh karena itu, Makroen berpesan agar seluruh wisudawan menguasai AI dari sisi positifnya.
Dalam acara Wisuda XVIII tersebut, sejumlah penghargaan diberikan kepada wisudawan, dosen, dan tenaga kependidikan (tendik). Wisudawan peraih IPK tertinggi adalah Kiki Evelin Olivia Sihaloho (IPK 3,92, Jurnalistik), Dewi Ivona Afiani (IPK 3,89, Public Relations), dan Jessica Rosemelba Kaguasehi (IPK 3,81, Broadcasting). Adapun Dwita Febby Febiola terpilih sebagai wisudawan terbaik non-akademik.
Penghargaan Dosen Terbaik diberikan kepada Ratna Puspita Sari, M.Med.Kom, sementara penghargaan Tenaga Kependidikan Terbaik diraih oleh Septianto Raka Putra Pratama, S.Kom. Selain itu, penghargaan untuk tenaga kependidikan dengan masa kerja 25 tahun diberikan kepada Imam Suwito, Sutrisno, dan Nurhadi, S.Sos.**
narasumber..*Redho Fitriyadi
Jurnalis:Heni Nurhaeni