Mediacyberbhayangkara.com
Ciamis, Jabar -– Siapa sangka uang receh hasil kembalian belanja bisa menjadi kekuatan besar untuk membangun desa? Inilah yang dibuktikan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Ciamis melalui program kenclengisasi — gerakan infaq desa berbasis celengan yang kini menginspirasi banyak daerah.
Lewat terobosan ini, BAZNAS Ciamis sukses menghimpun dana hingga Rp11 miliar, dengan Rp7 miliar di antaranya berasal dari gerakan infaq masyarakat desa hanya dalam empat bulan!
Ketua BAZNAS Ciamis H. Lili Miftah, melalui Kepala Pelaksana Tugas Amas Muhamad Tamsis, mengungkapkan bahwa program ini muncul dari gagasan sederhana: mengajak warga menyisihkan uang receh secara rutin tanpa merasa terbebani. “Di Kelurahan Kertasari, sebelum ada program ini hanya terkumpul Rp3 juta. Setelah kenclengisasi diterapkan, langsung melonjak ke Rp34 juta,” ungkapnya, Senin (5/5/2025).
Melalui pendekatan yang humanis dan edukatif, warga diajak menyimpan uang receh ke dalam kencleng di rumah masing-masing. Hasilnya luar biasa. Beberapa desa yang awalnya hanya bisa menghimpun Rp1,5 juta per bulan, kini bisa meraih hingga Rp10 juta per bulan.
“Kami ingin menanamkan bahwa infaq bukan soal besar kecilnya jumlah, tapi konsistensinya. Infaq adalah investasi spiritual yang membawa manfaat dunia dan akhirat,” ujar Amas.
Meski sempat menghadapi tantangan teknis seperti banyaknya koin yang harus dihitung, BAZNAS telah mengantisipasinya dengan menyediakan mesin penghitung uang logam. Transparansi dan akuntabilitas tetap menjadi fondasi utama, dengan seluruh transaksi tercatat melalui sistem digital SIAPZIS dan SIMBA.
Melihat dampaknya, BAZNAS menargetkan gerakan kenclengisasi dapat diterapkan di seluruh desa di Ciamis, yang diperkirakan berpotensi menghasilkan Rp2 miliar per bulan. Bahkan, beberapa desa kini ditetapkan sebagai “kampung zakat”, dan Kecamatan Ciamis sedang berproses menjadi “kecamatan zakat”.
Tahun ini, BAZNAS menargetkan penghimpunan dana sebesar Rp25 miliar, meningkat dari Rp22 miliar lebih tahun lalu. Angka itu diyakini bisa tercapai lewat sinergi program, partisipasi masyarakat, dan kekuatan dari receh yang diberkahi.
“Kencleng bukan sekadar wadah koin, tapi simbol semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang luar biasa,” tutup Amas. Red***